Ayo Lawan Radikalisme.. Jangan Biarkan Densus88 Bekerja Sendirian

Mungkin ada yang bertanya, bagaimana cara melawan terorisme? Mereka kuat, bersenjata, berani mati. Padahal seseorang itu mungkin hanya ibu rumah tangga, kuli bangunan, buruh pabrik, tukang tambal ban, penjual cilok. Namun mereka ingin ikut melawan terorisme. Mereka ingin melindungi keluarga mereka. Karena terorisme mengancam kedamaian. Terorisme menistakan Islam.

Ada beberapa hal yang mesti dipahami:

1. Kenali anasir-anasirnya.

Jika kedoknya agama Islam, perlu dipahami, mana yang teroris, mana yang bukan. Tidak semua salafis dan wahabis itu teroris. Tidak semua yang berjenggot dan bercadar itu teroris. Namun teroris biasanya aplikasinya memang begitu. Mereka lahir dari kelompok pemurnian agama dengan tingkat kepekatan doktrin paling ekstrem.

Menggunakan aplikasi kebudayaan Arab itu hak mereka, meskipun itu bukan tradisi Islam Indonesia. Kewajiban masyarakat adalah waspada. Mau dibilang suudzon, paranoia, penakut, itu hak mereka. Tugas orang waras adalah melakukan pencegahan.

Dari segi ajaran, teroris menggunakan ayat-ayat perang untuk mendoktrin. Terorisme juga menggunakan kesenjangan dan kecemburuan sosial dengan dalih agama. Jika melihat video anak-anak berteriak, “Bunuh, bunuh, bunuh”, ini adalah pembibitan terorisme.

Biasanya teroris menyusup dalam kantong kelompok pemurnian agama (enclave). Mereka memasukkan doktrin kekerasan pelan-pelan. Kelompok ini merebut masjid dan sarana pendidikan agama. Kelompok tadi kemudian dijadikan sel tidur (sleepers cell). Ketika teroris hendak menguasai suatu kota, sel tidur ini akan bangun membantu mereka.

Ketika teroris merebut kota Marawi di Filipina, konon mereka hanya butuh 500 orang tentara. Namun kenapa sanggup melumpuhkan aparat keamanan di kota itu? Karena mereka dibantu sleepers cell ini. Mereka yang paham seluk-beluk kota. Sebagian mungkin menjadi kekuatan paramiliter dadakan.

Jadi kantong-kantong kelompok pemurnian ini harus diawasi. Memang hanya Densus88 yang mempunyai daftar jaringan teroris. Mereka yang melakukan penyusupan, pengintaian, penyamaran di kelompok itu. Namun masyarakat harus waspada, jangan mau dijadikan sleepers cell ini. Dalam kondisi darurat pasca-bom Kampung Melayu ini misalnya, waspada jauh lebih diutamakan daripada jadi korban keganasan bom lainnya.

2. Mengukur kemampuan diri.

Tidak semua orang sanggup melawan teroris dan sleepers cell ini. Karena mereka menggunakan dalih agama dan ayat-ayat suci, membawa-bawa nama Tuhan. Sebagian orang juga takut dikeroyok, dibully, diancam, difitnah. Maka sebelum melakukan perlawanan terbuka, ada baiknya mengukur kemampuan diri dulu.

Jika seseorang bisa menulis ya harus melawan dengan tulisan. Pemikir melawan dengan pemikirannya. Yang punya materi dan status sosial melawan dengan menggunakan kelebihannya. Paling apes tentu memberikan dukungan terhadap aksi kontra terorisme secara diam-diam. Banyak berdoa.

Semua itu bisa dilakukan mulai dari hal sederhana. Misalnya membagikan sumber tulisan berisi pencerahan, menjawab komentar sleepers cell yang mulai mendoktrin, melawan hoax dan fitnah mereka, mengingatkan keadaan korban jiwa, kengerian bom, dsb. Namun tetap diukur dengan kemampuan diri. Jika tak sanggup, ajak yang mampu melakukannya.

3. Memperkuat konsolidasi.

Ingat, teroris itu kuat karena mereka terorganisir, militan, berani mati. Orang-orang yang ingin melawan terorisme harus berbuat serupa. Jika teroris berani mati, kelompok kontra teroris harus berani hidup. Berjuang dengan segala cara untuk mencegah upaya destruktif itu dengan daya hidup. Kelompok kontra teroris harus bersatu.

Misalnya dengan membuat kelompok WA, grup rahasia di FB, geng minum kopi, kelompok arisan, barisan ngerumpi, halaqoh keagamaan. Tujuannya untuk konsolidasi. Berbagi informasi. Jika ada oknum terindikasi sleepers cell akut, kelompok ini bisa mengambil tindakan preventif. Misalnya melaporkan pada pihak berwajib.

Kelompok semacam ini juga bisa menggalang donasi. Perjuangan teroris punya dana besar, petro dolar. Kelompok kontra teroris harus berani modal juga. Mereka berani mati, kalian harus berani hidup.

4. Jangan lelah melawan.

Saat terjadi bom, orang-orang heboh mengutuk. Tapi ketika kejadian sudah berlalu, mereka tidak waspada lagi. Keadaan ini tidak boleh dibiarkan begitu. Terorisme terus bekerja siang-malam. Doktrin mereka menyusup ke sekolah-sekolah islam terpadu, emperan kampus, masjid-masjid, kelompok pengajian. Maka orang-orang waras juga tak boleh lengah. Apapun agama anda, kelompok anda, status sosial anda, jenjang pendidikan anda, teroris ini adalah musuh bersama. Jangan diam. Terus melawan. Terus berbagi informasi. Terus waspada.

Jangan biarkan Densus88 bekerja sendirian. Masyarakat bisa mencegahnya dengan melakukan tekanan. Jika anda pejabat, gunakan jabatan anda untuk menghambat gerakan mereka. Jangan berikan ijin kegiatan yang menjurus doktrinasi. Jika anda tokoh agama, gunakan kemampuan anda untuk melawan balik doktrin mereka. Beri pencerahan dengan terbuka. Jika anda orang kebanyakan, bukan siapa-siapa, berikan dukungan dan doa.

Memang banyak aparat yang konon ikut terdoktrin pemurnian agama. Jika ada indikasi terorisme, jangan takut, laporkan, kabarkan, sebarkan ke kelompok anda atau publik. Mereka tak boleh didiamkan. Mereka harus diberi tahu jalan mereka salah. Doktrin pemurnian berlebihan itu sesat-menyesatkan. Jangan berikan ruang bebas, tekan terus, lawan terus.



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2E0ni6c
via muslimsejati

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana Cara ISIS Pikat Anggota Baru Pada Media Sosial …

Doktrin Kebencian Sumber Paham Terorisme, Begini Kesaksian Mantan Teroris

Hijabers pertama yang mengikuti kontes kecantikan di AS